Pemikiran al-Ghazali tentang Zuhud dan Implikasinya terhadap Kesehatan Mental
Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2006-06-14 09:59:05
Oleh : NN (1198054), Fak.Dakwah IAIN Walisongo
Dibuat : 2005-03-13, dengan 1 file
Keyword : al-Ghazali, Zuhud, Kesehatan Mental, Psikologi Islam
Url : http://mutiara zuhud
Zuhud merupakan usaha menghindari dunia apabila dunia itu sampai melalaikan akhirat. Dalam zuhud, sesuatu yang dicintai harus lebih baik daripada yang ditinggalkan. Mencintai akhirat harus lebih baik daripada dunia. Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam zuhud, yakni ilmu, hal-ihwal dan amal. Al-Ghazali mendasarkan pandangannya tentang zuhud kepada al-Qur'an, hadits, maupun praktek sahabat.
Implikasi dari pandangan hidup zuhud tersebut, kehidupan dunia dipandang sesuatu yang hancur dan tidak abadi sehingga para zahid menginginkan suatu kehidupan yang abadi. Adapun tujuan zuhud adalah karena ingin selamat dari siksa neraka, ingin mendapatkan pahala dan karena cinta kepada Allah S.W.T. Orang yang zuhud akan menghadapkan dirinya kepada Allah S.W.T. secara sempurna, baik perilaku maupun pola pikirnya. Tercapainya situasi demikian menuntut persyaratan tertentu yaitu adanya sikap dan geraknya hanya tertuju kepada Allah S.W.T. Tanda-tandaa zuhud seseorang sampai pada maqam zuhud ialah; dapat menjaga badan ketika lapar dan haus, tidak bersedih ketika ditimpa kesusahan, tidak larut dalam kegembiraan terhadap apa yang telah dimiliki. Ketika dipuji dan dicela selalu introspeksi dan mengembalikan kepada dirinya dan pada Allah S.W.T.
Implikasi zuhud terhadap kesehatan mental dengan melihat tanda-tanda zuhud, misalnya; tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena ada hal yang hilang, sama sisinya orang yang mencela dan orang mencacinya. Kemudian melihat kriteria-kriteria mental yang sehat, maka konsep zuhud yang dikemukakan al-Ghazali merupakan bagian dari kriteria untuk membangun mental yang sehat tersebut. Dengan pola zuhud dimaksudkan orang dapat menjaga keseimbangan jiwanya. Pentingnya menjaga keseimbangan mental dengan penghayatan zuhud secara benar, menjadi suatu yang tidak dapat dipungkiri. Zuhud sebagai upaya pembentukan mental yang sehat, mempunyai potensi besar karena mampu menawarkan pembebasan spiritual. Ia mengajak manusia mengenal dirinya sendiri dan akhirnya mengenal Tuhannya. Zuhud dapat dijadikan station dan moral. Dengan posisi ini, manusia tidak berarti lari dari persaingan hidup, bahkan mampu mempersenjatai diri dengan nilai-nilai ruhaniah dan mampu menghadapi problema hidup yang serba materialistik
Deskripsi Alternatif : Zuhud merupakan usaha menghindari dunia apabila dunia itu sampai melalaikan akhirat. Dalam zuhud, sesuatu yang dicintai harus lebih baik daripada yang ditinggalkan. Mencintai akhirat harus lebih baik daripada dunia. Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam zuhud, yakni ilmu, hal-ihwal dan amal. Al-Ghazali mendasarkan pandangannya tentang zuhud kepada al-Qur'an, hadits, maupun praktek sahabat. Implikasi dari pandangan hidup zuhud tersebut, kehidupan dunia dipandang sesuatu yang hancur dan tidak abadi sehingga para zahid menginginkan suatu kehidupan yang abadi. Adapun tujuan zuhud adalah karena ingin selamat dari siksa neraka, ingin mendapatkan pahala dan karena cinta kepada Allah S.W.T. Orang yang zuhud akan menghadapkan dirinya kepada Allah S.W.T. secara sempurna, baik perilaku maupun pola pikirnya. Tercapainya situasi demikian menuntut persyaratan tertentu yaitu adanya sikap dan geraknya hanya tertuju kepada Allah S.W.T. Tanda-tandaa zuhud seseorang sampai pada maqam zuhud ialah; dapat menjaga badan ketika lapar dan haus, tidak bersedih ketika ditimpa kesusahan, tidak larut dalam kegembiraan terhadap apa yang telah dimiliki. Ketika dipuji dan dicela selalu introspeksi dan mengembalikan kepada dirinya dan pada Allah S.W.T.
Zuhud merupakan usaha menghindari dunia apabila dunia itu sampai melalaikan akhirat. Dalam zuhud, sesuatu yang dicintai harus lebih baik daripada yang ditinggalkan. Mencintai akhirat harus lebih baik daripada dunia. Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam zuhud, yakni ilmu, hal-ihwal dan amal. Al-Ghazali mendasarkan pandangannya tentang zuhud kepada al-Qur'an, hadits, maupun praktek sahabat.
Implikasi dari pandangan hidup zuhud tersebut, kehidupan dunia dipandang sesuatu yang hancur dan tidak abadi sehingga para zahid menginginkan suatu kehidupan yang abadi. Adapun tujuan zuhud adalah karena ingin selamat dari siksa neraka, ingin mendapatkan pahala dan karena cinta kepada Allah S.W.T. Orang yang zuhud akan menghadapkan dirinya kepada Allah S.W.T. secara sempurna, baik perilaku maupun pola pikirnya. Tercapainya situasi demikian menuntut persyaratan tertentu yaitu adanya sikap dan geraknya hanya tertuju kepada Allah S.W.T. Tanda-tandaa zuhud seseorang sampai pada maqam zuhud ialah; dapat menjaga badan ketika lapar dan haus, tidak bersedih ketika ditimpa kesusahan, tidak larut dalam kegembiraan terhadap apa yang telah dimiliki. Ketika dipuji dan dicela selalu introspeksi dan mengembalikan kepada dirinya dan pada Allah S.W.T.
Implikasi zuhud terhadap kesehatan mental dengan melihat tanda-tanda zuhud, misalnya; tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena ada hal yang hilang, sama sisinya orang yang mencela dan orang mencacinya. Kemudian melihat kriteria-kriteria mental yang sehat, maka konsep zuhud yang dikemukakan al-Ghazali merupakan bagian dari kriteria untuk membangun mental yang sehat tersebut. Dengan pola zuhud dimaksudkan orang dapat menjaga keseimbangan jiwanya. Pentingnya menjaga keseimbangan mental dengan penghayatan zuhud secara benar, menjadi suatu yang tidak dapat dipungkiri. Zuhud sebagai upaya pembentukan mental yang sehat, mempunyai potensi besar karena mampu menawarkan pembebasan spiritual. Ia mengajak manusia mengenal dirinya sendiri dan akhirnya mengenal Tuhannya. Zuhud dapat dijadikan station dan moral. Dengan posisi ini, manusia tidak berarti lari dari persaingan hidup, bahkan mampu mempersenjatai diri dengan nilai-nilai ruhaniah dan mampu menghadapi problema hidup yang serba materialistik
Deskripsi Alternatif : Zuhud merupakan usaha menghindari dunia apabila dunia itu sampai melalaikan akhirat. Dalam zuhud, sesuatu yang dicintai harus lebih baik daripada yang ditinggalkan. Mencintai akhirat harus lebih baik daripada dunia. Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam zuhud, yakni ilmu, hal-ihwal dan amal. Al-Ghazali mendasarkan pandangannya tentang zuhud kepada al-Qur'an, hadits, maupun praktek sahabat. Implikasi dari pandangan hidup zuhud tersebut, kehidupan dunia dipandang sesuatu yang hancur dan tidak abadi sehingga para zahid menginginkan suatu kehidupan yang abadi. Adapun tujuan zuhud adalah karena ingin selamat dari siksa neraka, ingin mendapatkan pahala dan karena cinta kepada Allah S.W.T. Orang yang zuhud akan menghadapkan dirinya kepada Allah S.W.T. secara sempurna, baik perilaku maupun pola pikirnya. Tercapainya situasi demikian menuntut persyaratan tertentu yaitu adanya sikap dan geraknya hanya tertuju kepada Allah S.W.T. Tanda-tandaa zuhud seseorang sampai pada maqam zuhud ialah; dapat menjaga badan ketika lapar dan haus, tidak bersedih ketika ditimpa kesusahan, tidak larut dalam kegembiraan terhadap apa yang telah dimiliki. Ketika dipuji dan dicela selalu introspeksi dan mengembalikan kepada dirinya dan pada Allah S.W.T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran anda adalah perbaikan kami