Halaman

Kamis, 23 Desember 2010

Cerita Lalu


1

Kelas II Madrasah Aliyah semester genap, namun aku tidak akan cerita tentang masa sekolah, tetapi ini adalah cerita tentang cinta atau apalah, yang pasti aku masih suka mengingatnya. Dan Perlu diketahui kalau aku bukan hanya sekolah, namun merangkap nyantri dipesantren, dimana sekolah dan pesantrennya satu yayasan.
 

Sejak kuterima kata sederhana dari orang yang belum kutahu siapa, aku sering bertanya dalam hati, kenapa ada kata cinta? Tidak ada yang bisa menjawab, begitu sulitkah menjelaskan kata itu, namun suatu saat akan kucari tahu sendiri.

Sekarang yang perlu kucari adalah siapa yang kirim salam padaku, hampir setiap hari kata itu kuterima tanpa tahu pengucapnya. Jengkel memang, apalagi temanku yang rela sebagai perantara tidak mau menceritakan siapa dirinya, hanya bilang “kamu pasti bisa menebak siapa yang kirim salam itu”, apa sih maunya, kalau toh memang aku tahu mana mungkin ada pertanyaan aneh itu.

Aku tidak mau bingung sendiri, buatku kalau memang keinginannya lebih dari sekedar salam, akan aku persilahkan, karena tidak ada ruginya buatku, untung malah ada yang kasih semangat. Tapi ada yang aku herankan, apa bener dia bukan hanya sekedar salam, aduh kok jadi ke-GR-an aku, kalau tidak pasti kecewa nantinya, apa lagi aku tidak pernah pacaran.

Sudahlah, aku fikir buat apa juga mikirin orang yang tidak jelas itu, lebih baik aku jalani saja hidup ini sambil bertanya sedikit-sedikit tentangnya.


Akhirnya aku tahu sedikit, dia berinisial “I”, bahkan katanya dia itu suka padaku, yeah apa juga istimewaku, sejenak kuberfikir apa tidak akan memngganggu belajarku seandainya kulanjutkan keingintahuanku ini, wah bisa dibayangkan bingungnya karena hampir dua bulan aku tidak tahu siapa dia, tahu-tahu malah kabarnya suka.

Tidak lain dari temanku yang menjadi perantara darinya, kenapa dia kirim salam hampir setiap hari, darinya aku juga tak bisa menjawab saat ditanya dibalas ataukah tidak rasa suka itu, rasa yang katanya disebut cinta, ah kata itu lagi.

Aduh ko’ tambah rumit masalahnya, aku ragu jawab pertanyaan itu, aku masih belum tertarik pacaran, ya sejak suka sama seseorang tapi tidak dapat tanggapan positif, malah terkatung-katung jawabannya.

Apa langsung kuterima saja, tapi apa tidak disangka kalau aku Cuma cari kesempatan, mungkin lebih baik pakai alasan mikir-mikir dulu, itu lebih realistis.

Sebenarnya bisa saja langsung kuterima, tetapi masih ada yang harus aku ketahui tentang seseorang yang pernah aku suka, aku ingin kepastian darinya, karena aku tidak mau ada yang tersakiti, apalagi ini masalah hati, hati itu sangat sensitif kata orang, makanya pelan-pelan saja agar lebih hati-hati.

Aku yakin dia mau mengerti dengan jawabku, kalau tidak, bisa ditebak gimana sikap tuh anak, dan ini salah satu caraku nilai sikap seseorang, yang jelas mau tidak mau dia akan menunggu dengan berbagai pertanyaan dikepalanya, diterima atau tidak, jelas muter-muter kata itu tiap hari ^_^.


Allhamdulillah dia mau mengerti kenapa jawabanku lama, mau bagaimana lagi meskipun dua minggu harus menunggu ketidak pastian dariku, disatu sisi aku juga ingin tahu sampai dimana rasa suka dalam hatinya.

Ternyata penilaianku salah, aku kira dia bakal jenuh menungggu, eh ternyata sabar juga ya, dan yang pasti dapat nilai plus dariku.
Terbukti aku mulai simpati padanya, dan hari-hariku mulai diwarnai dengan senyum manis dari seorang gadis, meski kayaknya berlebihan aku gambarkan tentangnya, toh hanya aku yang tahu perasaan ini.

Okelah, untuk sementara bisa kuterima, toh dia belum tentu jodohku besok, and bisa dibilang aku hanya setengah hati, tapi tidak mengabaikan perasaanya.


Belum ada yang tahu banyak tentang hubunganku ini, ya hanya beberapa teman, itupun karena aku tidak mau memutuskan sendiri dan mereka telah banyak membantuku. Mudah-mudahan tidak jadi berita umum, sebab aku takut dengan peraturan pesantren, apalagi kakakku jadi salah satu pengurusnya.

Biarlah waktu yang akan memberitahukan, kalau mereka bingung nantinya biar bertanya sendiri padaku, toh hal seperti ini biasanya dicari oleh keamanan pesantren terutama.

Wah, hari-hariku terasa berbeda akhir-akhir ini, apa lagi kata temen aku kadang senyum-senyum sendiri, ah bodo amat, itu kan kata mereka. Sayang sejauh ini aku belum tahu banyak tentang dia, sulit kayaknya, hanya sebagian yang tahu latar belakang keluarganya, agak tertutup, itulah kata yang terlontar dari beberapa teman.

Tetap seperti awal, biarkan sang waktu yang menjawab.


Sejak naik kelas III, meskipun masih semester satu, dia mualai was-was dengan ujianku, padahal aku sendiri kurang peduli, ah mungkin ini yang namanya cinta, tidak mau orang yang disuka menderita (kata orang begitu ce…).

Aku tahu kenapa dia begitu, yang pasti bukan karena ketidak pedulianku dengan ujian sekolah, sebab ada yang memberitahukan kalau waktu ingat aku dia selalu sedih bahkan terkadang sampai menangis, begitu pedulikah?

Sempat juga ada yang bilang kalau dia mulai was-was dengan kelanjutan sekolahku, masih dipondok apa boyong, kalau keluar dari pondok apa masih suka sama dia, apa bisa dilanjutkan, dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.

Malah sempat ada yang bertanya “hei, kamu itu sebenarnya suka atau tidak ce sama dia”, aku tidak tertarik menjawab, ya karena buatku tidak penting orang lain tahu, cukup diriku saja, toh dia belum tentu jodohku besok.

Aku tidak pernah bertanya tentangnya, aku tidak pernah mau peduli keadaanya, seolah-olah aku tidak suka dengannya. Padahal, seumpama diapun tahu, mungkin tidak setuju atau bahkan tidak mau menerima jalan pikiranku.

Sebenarnya aku masih bingung dengan keadaanku sendiri, aku juga tidak kenal dengan diriku, bagaimana aku bisa mengerti orang lain?
Maaf, untuk saat ini aku belum bisa kasih tanggapan itu, tentang perasaanku, sekolahku, dan semua yang jadi penyebab kebingunganmu.


Hanya kata maaf yang bias kukatakan, namun kau harus tahu kalu aku tak bermaksud menyakitimu, aku hanya tak bias berbuat banyak…

Seiring berjalannya waktu, perasaan ini mulai kumengerti, aku semakin sayang sama dia, entah dia tahu atau tidak, sebab aku tak pernah mau menjawab kalau ditanya kenapa aku suka padanya, karena buatku cinta tak pernah bisa di ungkapkan dengan kata-kata, tak akan pernah.

Hmm.. pernah suatu hari dengan kesengajaannya dia mencoba mengetahui cintaku, dibantu beberapa sahabat dia membuat cerita seolah-olah dia dijodohkan orang tua, bodohnya aku percaya begitu saja cerita itu, lebih parah lagi dalam bimbang aku mrelakan biarlah cinta ini dia bawa, karena buatku asalkan dia bahagia.

Apa yang terjadi.. dengan sukses mereka tertawa, besoknya dia menemuiku sambil tersenyum dan berkata “maaf mas, adek telah berbohong”, karena adek tak pernah tahu sampai dimana rasa itu ada padamu.

Aku terdiam, sebuah pengakuan yang membuatku marah tanpa bisa berbuat banyak, tanpa banyak berfikir kutinggalkan dia dengan sejuta pertanyaan mungkin kenapa kutinggalkan.

Biarlah.. hanya Tuhan yang tahu perasaan ini, toh dia belum tentu jodoh yang ditetapkan-Nya, namun maaf dek, mas kehabisan kata tuk berikan alasan kemarahan padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran anda adalah perbaikan kami